Koplak ini berasal dari bahasa Jawa gaul untuk menyebut seseorang yang perilaku atau bicaranya cenderung ngawur tapi merasa benar, keren dan cerdas, padahal sebetulnya tidak. Kata koplak juga dapat digunakan untuk menggambarkan sebuah situasi yang lucu tapi tak pantas untuk ditertawakan. Misalnya kelucuan akibat kebodohan seseorang, kelucuan yang menyebabkan kemalangan, kelucuan yang mengenaskan, dsb. Biarpun situasinya lucu banget, tetap saja tak pantas untuk ditertawakan, karena nggak sopan itu namanya.
Kembali ke UN. Pelaksanaan Ujian Nasional untuk siswa SMA sudah menyelesaikan hari kedua. Baru berjalan dua hari, sudah banyak kejadian lucu yang mewarnai pelaksanaan Ujian yang membuat anak SMA se Indonesia jadi senewen ini. Baik kelucuan yang terjadi di seluruh Indonesia maupun yang terjadi di sekitar tempat saya mengawas. Mau tahu dimana letak koplaknya ? Mari ikuti saya…
1. Orang Tua yang Galau
Saking cemasnya melihat anak-anak kesayangannya pada stress menghadapi UN, beberapa orang tua di Malang- Jawa Timur sampai membawa anaknya ke tempat praktek Eyang paranormal alias orang pintar. Anak beranak ini lantas meminta Eyang untuk mendoakan Pensil 2B yang akan dipakai menjawab soal UN, dengan tujuan agar si anak diberi kelancaran dan kemudahan. Yang jadi masalah, kenapa pensilnya yang didoakan ? kenapa tidak anaknya saja yang didoakan ? biarpun itu pensil didoakan sampai mabok sekalipun, kalau anaknya nggak belajar, ya mana bisa dia menjawab soal-soal UN dengan benar? atau mungkin maksudnya, agar ketika si anak terpaksa “menembak” jawaban UN, tembakannya itu tepat sasaran berkat tuah dari si pensil sakti yang sudah disembur dengan dengan doa-doa itu. ya,ya, ya, dapat dimengerti.
2. Guru yang mengungkapkan kerendahan hatinya dengan cara yang terlalu rendah
Di sebuah SMA di Sukabumi. Mungkin karena UN kali ini cukup sukar untuk dicurangi, seorang Guru yang biasa menolong siswanya dengan jalan gelap yakni dengan jalan menjadi anggota tim sukses UN yang terkenal curang itu, beberapa hari menjelang UN seorang Guru sampai merasa harus meminta maaf di depan kelas karena suatu alasan. Dia meminta maaf pada murid-muridnya karena selama ini tidak maksimal dalam mengajar sebab terlalu sering meninggalkan kelas. ” Bapak minta maaf ya, kali ini tidak bisa menolong kalian. Kalian harus belajar sendiri, lebih rajin dan lebih giat lagi “. Mendengar itu anak-anak cuma melongo,”oooh, jadi kita harus belajar sendiri lagi yak ? Laahh itu Bapak mau kemana ? “.. (ampun dah ). Nah ini adalah contoh guru yang punya prinsip ” jangan sampai tugas mengajar mengganggu hobi mancing “.
3. Humas sekolah yang terlampau pendiam
Di sebuah daerah di kabupaten Tabanan – Bali. Sejak pagi murid-murid kelas XII sudah berdatangan ke sekolah dengan persiapan fisik dan mental yang prima. Siap tempur untuk membabat habis soal-soal UN di hari pertama. Tapi apa lacur, musuh yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba. Soal UN tak datang juga ke tempat ujian dilaksanakan. Usut punya usut, ternyata UN di sekolah itu dan di sekolah-sekolah yang ada di 11 provinsi lain di Indonesia, diundurkan pelaksanaannya, entah sampai kapan,mungkin sampai hari kiamat tiba nanti. Sementara pihak sekolah tidak mengumumkan pengunduran ini kepada murid-muridnya.
Murid-murid langsung pada bengong, takjub, heran, terkejut, semua perasaan bercampur aduk di dalam dada. Antara senang, mangkel, kesal, bersyukur, dan entah apa lagi. Akhirnya, pahlawan abege kita yang gagah berani itupun terpaksa menyarungkan kembali pensil 2B nya, dan kembali dari medan laga dengan membawa perasaan gondok bukan main. Gondok itu bagi murid yang bener. Kalau murid yang koplak tentu lain lagi kelakukannya. Mereka justru jingkrak-jingkrak girang banget, sambil teriak-teriak ” horeee ..! aseeek ! UN gak jadiii, UN gak jadiii … asseek …♫ ♪♬“
4. Anak-anak dengan manajemen stress yang tinggi.
Sudah umum terjadi setiap kali masa UN tiba. Seisi rumah jadi mendadak pada ribet, terutama para ibu. Dari pagi buta ibu-ibu ribet mempersiapkan sarapan bernutrisi tinggi agar anaknya tidak merasa lemas dan memiliki energi yang cukup untuk menjawab soal UN. Juga agar otak sang anak bertambah cerdas sehingga tidak salah dalam menjawab soal UN. Hari- hari sebelumnya ribet ngurus seragam, sepatu, belanja alat tulis UN, maksa-maksa ke salon agar anak merapikan rambutnya (apa hubungannya coba ?). Mematikan semua TV, melarang internetan, menyita HP. Tak cukup itu, seharian terus senam mulut, ngoceh tiada henti mengingatkan putra-puntrinya agar belajar dan berlatih soal. Pokoknya ribet dan stress banget deh para emak-emak ini. Lalu sebagai responsnya, si anak malah menasihati Bundanya begini, ” Sudahlah Ma, woles aja, kalem aja kalee. Cuma UN doang diributin …”. ( Hlahh ?!! )
5. Pengawas yang mengambil kapling orang lain
Untuk UN kali ini, kami para pengawas diharuskan menandatangani pakta integritas. Semacam komitmen moral untuk mendukung kejujuran dan kelancaran penyelenggaraan UN sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, kurang lebih seperti itulah. Ya tentu saja kami bersedia, karena pelaksanaan UN yang bersih dan jujur merupakan cita-cita kami para pendidik.
Untuk itu kami harus mengisi formulir pakta integritas yang berisi identitas kami, tempat kami bertugas, dll. Setelah itu menandatangani kolom tanda tangan pembuat perjanjian. Nah saking semangatnya, ada pengawas yang main hajar saja menandatangani setiap kolom tanda tangan, tak peduli kolom itu diperuntukkan bagi siapa. Pokoknya mencoretkan tanda tangan, beres.
Akibatnya panitia mencak-mencak. Lhaahh ! kenapa ditandatangani semua ? Ini kan kolom buat Pengawas Satuan Pendidikan ?! Trus kalau semua sudah ditandatangani seperti ini, lalu pengawas harus nandatangan dimana ??! (yee … meneketehe ..)
Nah itulah contoh guru/pengawas yang terlalu bersemangat tapi kurang terbiasa membaca. Ya begini ini lah akibatnya. Jadi kacau balau ! heu heu …
6. Peserta UN yang mengira soal Bahasa Indonesia adalah dongeng pengantar tidur.
UN hari pertama yang mengujikan Bahasa Indonesia baru berjalan setengah jam. Anak laki-laki gendut yang ada dua deret di depanku sudah terangguk-angguk mengantuk, lalu sedikit demi sedikit menggelosorkan tubuhnya duduk dalam posisi rebahan di meja, dan semenit kemudian, menghilang, alias tidur nyenyak.
Saya berjalan mendekatinya, membangunkan dengan menepuk pelan bahunya. Anak itu membuka matanya dengan malas, lalu duduk tegak dan ketika saya sudah duduk kembali ke kursi pengawas, anak itu sudah merem lagi sambil menopang dagunya. Haduh ini bocah. Tak mau kalah, saya bangunkan lagi anak itu, kali ini sambil menyuruh dia ke kamar mandi untuk mencuci mukanya supaya segar. Ada-ada saja. Apa dia pikir soal Bahasa Indonesia itu dongeng HC Andersen apa ? Sembarangan banget …
7. Pemerintah yang …. yaa gitu deh !
Mau tahu sumber segala kekoplakan penyelenggaraan UN tahun ini ? gampang i
tu mah. Siapa lagi kalau bukan yang punya hajat UN alias pemerintah ? dimana letak kekoplakannya ? wuah, bejibun deh, dari mulai distribusi soal yang terlambat, penundaan pelaksanaan UN di 11 provinsi, kualitas LJUN yang rendah, keharusan mencantumkan no HP pengawas (yakin itu no HP asli ? bukan no HP tetangga atawa no HP selingkuhan ? ), kejanggalan dalam pencetakan soal UN, dll yang sudah banyak dibahas di berbagai artikel tentang UN di Kompasiana ini. Cape mikirinnya. Perasaan kita sudah sejak kapan tau teriak-teriak sampai serak tentang amburadulnya pelaksanaan UN dan lebih jauh lagi tentang penghapusan UN, tapi kelihatannya nggak ngaruh tuh. Pemerintah cuek bebek aja. UN tetap dilaksanakan meski tertatih-tatih. Ya sutralah, kita jaga saja anak-anak dan murid- murid kita agar mereka tak jadi korban sistem.
Maruli
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar !!