Wednesday, 31 October 2012

Tsunami ternyata bisa terjadi di danau

Tsunami umumnya identik dengan lautan. Tetapi ilmuwan mengatakan, sebuah tsunami kuno pernah terjadi di sebuah danau di Swiss, yang
dipicu oleh longsornya pegunungan Alpine. Sejumlah kota yang terletak di tepian danau tersebut rentan bencana.

Tsunami adalah gelombang raksasa dengan tinggi mencapai sekitar 30 meter, yang sering dipicu oleh gempa bumi. Namun demikian, tsunami juga dapat dipicu oleh tanah longsor atau letusan gunung berapi.

“Orang berpikir bahwa hanya mereka yang tinggal di tepi laut dan dekat pusat gempa bumi yang dapat terkena dampak tsunami,” kata Guy Simpson, pakar geologi dari University of Geneva. “Tapi kami kira kami punya contoh yang mengatakan sebaliknya.”

Tsunami kuno
Ilmuwan menganalisis Danau Geneva di Swiss. Tepian danau ini ditinggali oleh lebih dari 1 juta orang, dan 200 ribu di antaranya berada di Jenewa, kota terpadat kedua di Swiss.

Pada tahun 563, sejarah mencatat sebongkah batu besar longsor di pegunungan yang terletak lebih dari 70km Jenewa. Peristiwa longsornya batu tersebut dikenal sebagai peristiwa Taurendunum — saat batu yang besar tersebut terbawa arus sungai Rhone yang mengaliri Danau Geneva. Batu yang longsor dan terbawa arus tersebut menghancurkan sejumlah desa.

Bencana tersebut mengakibatkan tsunami di Danau Geneva dan menerjang apa pun yang ada di tepian danau. Menghancurkan pedesaan, memusnahkan berbagai jembatan dan pabrik di Jenewa, bahkan menghancurkan tembok kota Jenewa dan menewaskan sejumlah orang yang berada di dalam kota.

Untuk menyelidiki peristiwa tersebut, para peneliti mengamati bagian terdalam dari Danau Geneva yang terkena gempa. Penelitian tersebut mengungkapkan, sebuah sedimen besar tersimpan di dasar danau yang terbentang dengan panjang lebih dari sekitar 10 km dan lebar 5 km, dengan volume setidaknya 250 juta meter kubik.

Sedimen yang tersimpan tersebut rata-rata berada di kedalaman 5 meter, dan yang paling tipis terdapat di dekat delta sungai Rhone — yang dianggap sebagai tempat awal terbentuknya sedimen tersebut.

Contoh inti dari sedimen di danau tersebut mengungkapkan, sedimen raksasa itu terbentuk antara tahun 381 dan 612, dan dianggap sebagai penyebab Taurendunum.

Para ilmuwan menghitung, ombak setinggi 8 meter pada saat itu mencapai Jenewa sekitar 70 menit setelah terjadinya longsoran batu tersebut. Kecepatannya sekitar 70 kilometer per jam.

“Ombak tersebut bergerak lebih cepat, lebih cepat dibandingkan kecepatan Anda berlari,” kata Simpson kepada OurAmazingPlanet. 

Kota yang rentan
Jenewa rentan terhadap bencana karena lokasi tergolong rendah dibandingkan danau, serta berada di ujung aliran danau, sebuah tempat yang dapat menyebabkan gelombang tinggi.

Jika tsunami terjadi saat ini, maka akan menenggelamkan sebagian besar kota Jenewa, seperti yang dikatakan oleh para peneliti.

“Jenewa juga merupakan kota yang dianggap memiliki jarak terjauh dari tempat yang kita kira menjadi lokasi bermulanya tsunami. Bagi warga yang tinggal dekat dengannya, tsunami diperkirakan akan tiba dalam waktu 10 sampai 15 menit, nyaris tidak ada kesempatan untuk memberikan peringatan,” kata Simpson.

Pembentukan sedimen di sungai itu masih membentuk lereng di delta sungai Rhone, para peneliti menyatakan bahwa tsunami kemungkinan bisa terjadi di Danau Geneva di masa depan, yang mungkin saja disebabkan oleh lonsoran batu, gempa bumi bahkan badai yang dahsyat.

“Tsunami pernah terjadi di Danau Geneva pada masa lalu, dan masih memiliki kemungkinan untuk terjadi di masa depan,” kata Simpson.

Para peneliti berikutnya dapat menggali sedimen Danau Geneva lebih dalam lagi untuk mendapatkan gambaran seberapa sering tsunami muncul dan mengetahui kapan kemungkinan tsunami berikutnya muncul.

Simpson dan rekannya Katrina Kremer dan Stéphanie Girardclos mengungkapkan penemuan mereka lebih mendalam secara online dalam jurnal “Nature Geoscience” pada 28 Oktober.



No comments:

Post a Comment

Jangan Lupa Tinggalkan Komentar !!