sama-sama berada di Asia Tenggara. Yang satu emosional, dalam arti lebih ekspresif mengungkap emosinya sedangkan yang satunya lagi lebih 'datar'.
Survei terbaru yang digelar Gallup mengungkapkan bahwa penduduk Singapura dikatakan sebagai orang-orang yang paling tidak bisa menunjukkan emosi, baik emosi negatif maupun positif dalam kehidupan sehari-baik (emotionless), sebaliknya penduduk Filipina dilaporkan paling sering menunjukkan emosinya.
Dalam survei yang melibatkan lebih dari 150 negara itu, Gallup menggelar survei lewat telepon atau wawancara langsung terhadap 1.000 orang lebih berusia 15 tahun ke atas di setiap negara antara tahun 2009-2011.
Secara khusus responden ditanyai apakah mereka mengalami 10 emosi berbeda sehari sebelumnya, termasuk lima emosi negatif (marah, stres, sedih, nyeri fisik dan khawatir) dan lima emosi positif (merasa mendapatkan istirahat yang cukup, banyak-banyak tersenyum dan tertawa, diperlakukan dengan hormat, senang dan mempelajari atau melakukan sesuatu yang menarik).
Hasilnya, Gallup mengungkapkan bahwa hanya 36 persen penduduk Singapura yang mengaku mengalami berbagai emosi itu setiap harinya. Dengan kata lain penduduk Singapura adalah orang-orang yang paling tidak bisa mengungkapkan emosinya (emotionless) di dunia, diikuti oleh Georgia dan Lithuania (37 persen); Rusia, Madagaskar, Ukraina, Belarus, Kazakhstan, Nepal dan Kyrgyzstan (38 persen).
Sedangkan penduduk Filipina menduduki peringkat teratas dalam hal ekspresi emosi dengan rata-rata 60 persen penduduknya mengaku mengalami ke-10 emosi itu setiap harinya. Prestasi ini diikuti oleh penduduk El Savador (57 persen); Bahrain (56 persen); Oman dan Kolombia (55 persen); Chili, Kosta Rika, Kanada, Guatemala, Bolivia, Ekuador, Republik Dominika, Peru, Nikaragua dan Amerika Serikat (54 persen).
Namun ketika analisis emosi positif dan negatifnya dipisah, Gallup menemukan bahwa penduduk Timur Tengah dan Afrika Utara adalah yang paling banyak memunculkan emosi negatif, dipimpin oleh Irak, wilayah Palestina dan Bahrain.
Sebaliknya kalau urusan emosi positif sebagian besar penduduk kawasan Amerika Latin-lah yang dilaporkan paling banyak mengalaminya, terutama di Panama, Paraguay dan Venezuela.
Namun kendati negara-negara dengan penduduk yang paling banyak menunjukkan emosi negatif kebanyakan mengalami kesulitan ekonomi, kerusuhan dan revolusi politik, menurut Gallup perbaikan pendapatan atau kondisi ekonomi saja tak semata bisa dijadikan solusi.
Hal ini bisa dilihat dari kondisi masyarakat Singapura yang tingkat penganggurannya sangat rendah dan didapuk sebagai salah satu negara dengan gross domestic product (GDP) per kapita tertinggi di dunia. Sebab penduduk negara ini malah dilaporkan jarang sekali memunculkan emosi positif dalam kesehariannya.
"Pemerintah Singapura perlu mempertimbangkan strategi-strategi yang melibatkan faktor-faktor di luar bidang ekonomi seperti memperhatikan kesejahteraan masyarakat jika ingin meningkatkan taraf hidup masyarakatnya," tandas Gallup tentang studi ini seperti dikutip dari LiveScience, Jumat (23/11/2012).
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar !!