Buat pengendara, helm sudah seperti celana dalam. Kebutuhan utama. Boleh lupa pake sempak, tapi wajib pakai helm. Walah..., gak sampai segitu juga, kok! Pokoknya, helm kudu dipakai jika numpak kuda besi.
Makanya, kebersihan pelindung kepala ini, wajib hukumnya, dibersihkan. Dari pada kantung kemenyan, eh... batok kepala penyakitan!
Hal yang paling rawan buat kebersihan helm adalah soal keringat. Apalagi sebabnya kalau bukan lantaran iklim Indonesia sangat panas, dan lembab. Sudah pasti ini penyebab utama keringat akan lebih banyak keluar jika pengendara di Indonesia seliweran di jalanan.
Keringat tadi mengancam bagian dalam helm yang berbahan kain linen dan busa. Dari struktur bahannya, sudah pasti keringat segera menyerap. Pagi keringetan, sore mengendap. Besok pagi dipakai lagi, sorenya tambah endapan lagi. Setelah sekian lama, bisa berkuah dan bau deh tuh helm! Wueksss!
Berdasarkan pengalaman, belum pernah ketemu orang yang keringatnya wangi. Paling beruntung, keringat yang tidak terlalu berbau. Sebab, cairan yang keluar lewat pori-pori kulit sebagai mekanisme tubuh mendinginkan suhu itu, mengandung lemak. Seperti kita tahu, lemak punya bau yang khas.... Ya, apek!
Kembali ke helm. Lembab dan bau akibat endapan keringat di lapisan dalam helm bisa mengundang bakteri bersarang. Jelas, karena kotoran dari lemak santapan lezat buat bakteri. Bahkan, bau ciri-ciri bakteri. Yang juga suka dengan lembab dan bau adalah jamur. Nah, seperti yang kita tahu, bakteri dan jamur bisa menyebabkan penyakit kulit.
Saking bahayanya bakteri dan jamur tadi, bahkan asosiasi pelatih olahraga nasional Amerika Serikat (NATA) menyarankan seluruh atlet mereka membersihkan helm, sarung tangan, padding, dan kaus kaki dari keringat. Kebetulan semua perlengkapan itu juga dipakai pengendara.
NATA pun menyebut beberapa bakteri yang suka bersarang di helm dan sarung tangan. Bakteri Staphylococcus epidermis di sarung tangan, dan Staphylococcus Aureus di pelindung kepala. Keduanya sebabkan jerawat, bisul dan infeksi kulit yang rumit. Bahasa gaulnya, panu, kadas, kudis, kurap. Walah..., pokoknya, serem-serem, deh!
Penyakit paling sederhana yang bisa muncul karena menggunakan helm yang kotor antara lain gatal-gatal pada kulit kepala. Selain itu, bisa menimbulkan ketombe pada rambut.
Cara paling gampang untuk menghidari penyakit kulit di kepala akibat keringat yang menumpuk di helm dan sarung tangan, tentu dengan rajin mencucinya.
"Lapisan dalam helm harus rutin dicuci. Toh, helm sekarang bisa dilepas lapisan dalamnya. Baik juga kalau dry-clean," saran Henry Tejakusuma, bos PT. Tarakusuma, produsen helm KYT, INK, BMC, MDS dan lain-lain.
Memang, mencuci helm agak ribet. Kalau tidak kering, malah bisa membuat lapisan di dalam helm lembab. Bukannya bersih dari bakteri, malah jadi bau dan mengumpulkan bakteri baru. Belum lagi makan waktu untuk mengerjakannya.
Untungnya, saat ini produsen helm merk Cargloss AHRS sudah punya cara yang mudah untuk mengatasi bau dan bakteri di helm. "Kami menjual pelapis yang mengatasi bau dan bakteri di helm dan jaket. Ini produk baru yang kami datangkan dari Jepang," ucap Harry Suherman, Presdir PT Murni Cahaya Pratama, yang memproduksi helm Cargloss AHRS.
Menurut Harry, produk inovatif ini mudah dipakai. Caranya, cukup merekatkannya di kain bagian penahan leher, atau di bagian dahi. "Mudah ditempel dan dilepas. Karena bagian belakang pelapis ini seperti velcrow. Zat yang dikandung di pelapis tadi akan menangkal bau dan membasmi bakteri, juga jamur," jelasnya.
Sayangnya Harry belum bisa menyebut banderol eceran buat pelapis helm tadi. Tapi, ia menyebut kisaran harganya tidak sampai Rp 100.000. Ia juga masih mencoba untuk mengemasnya dalam ukuran lebih ekonomis.
"Kelebihannya lagi, pelapis ini bisa dipasang di jaket. Terutama di bagian kerah, atau lengan dekat ketiak. Dan pastinya, pelapis anti-bau, bakteri dan jamur ini punya masa pakai lumayan lama," papar Harry yang murah senyum itu.
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar !!