Menurut Veven, kegiatan sosialita di Indonesia lebih cenderung pada kelompok arisan barang mewah, rumpi, faktor kekayaan, dan profesi mentereng. "Sosialita di luar negeri menaruh perhatian pada pendidikan, menjadi filantropi, dermawan, peduli yatim-piatu," kata Veven kepada Tempo, Kamis 25 April 2013.
Sosialita di luar negeri juga ada yang menjadi duta-duta untuk kegiatan sosial di dunia. Tak dipungkiri, di Indonesia pun ada sosialita yang terlibat dalam kegiatan sosial. Tapi, di mata Veven, keterlibatan kaum elit Indonesia tersebut di kegiatan sosial lebih karena ada faktor kedekatan dan pengalaman. "Misalnya mereka peduli pada penyakit lupus karena ada orang dekat atau saudara yang menderita penyakit lupus," kata Veven.
Di Indonesia, mereka yang disebut sosialita ini adalah dari kalangan glamor dan punya profesi mentereng. Para sosialita ini membentuk kelompok-kelompok arisan yang beragam jenisnya. Mulai dari arisan berlian, barang-barang mewah, hingga pria berondong alias lelaki muda.
Kata Veven, kelompok borjuis ini sudah ada sejak zaman orde baru Presiden Soeharto. Hanya saja, segala aktivitas kaum elit ini masih cenderung tertutup. Beda halnya dengan masa sekarang, kaum sosialita tak lagi malu-malu mengumbar kegiatannya di publik.
Istilah sosialita, menurut Veven, berasal dari bahasa Prancis, yang memiliki makna kelas borjuis. Gaya hidup elit ini kemudian ditiru negara-negara lain, termasuk Indonesia
~
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar !!