PENELITIAN terbaru menunjukkan masih banyak anak yang kurang gizi, mengalami efisiensi vitamin D, bertubuh pendek dan kurus, serta menderita anemia.
Penelitian bertajuk South East Asia Nutrition Survey(Seanuts) yang merupakan inisiatif Royal Friesland Campina, induk perusahaan Frisian Flag Indonesia, bekerja sama dengan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi).
Studi ini melibatkan 7.211 anak-anak berusia 6 bulan hingga 12 tahun yang dilakukan mulai Januari hingga Desember 2011 di 48 kabupaten/kota dan 96 desa di seluruh Indonesia, mulai Nanggroe Aceh Darussalam hingga Papua.
Para partisipan yang dipilih adalah anak-anak sehat dengan latar belakang sosio-ekonomi dan pendidikan orang tua yang beragam. ”Untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) berkualitas, baik secara fisik maupun kecerdasan, diperlukan upaya mengoptimalkan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan.
“Dan, salah satu faktor penentunya adalah gizi. Adapun kekurangan gizi masih jadi masalah utama kesehatan di negara kita,”ujar Ketua Tim Peneliti Seanuts Indonesia Dr Sandjaja MPH saat pemaparan hasil penelitian di Hotel Bidakara, Jakarta.
Sandjaja mengatakan, dalam penelitian tersebut, terungkap bahwa sekitar 20,9% anak laki-laki dan 26,3% anak perempuan di bawah usia dua tahun kecukupan energinya masih di bawah kebutuhan minimal.
Sumber protein yang dikonsumsi juga masih belum cukup untuk memenuhi standar yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). “Kekurangan protein ini, terutama paling jelas ditemukan pada anak-anak perempuan di bawah umur lima tahun,” tuturnya.
Akibat kekurangan gizi ini,anak-anak Indonesia memiliki tubuh pendek (stunting). Sekira 35,1% balita laki- laki dan 33,1% balita perempuan, serta 30% anak laki-laki usia sekolah dan 30,1% anak perempuan usia sekolah diketahui bertubuh pendek. S
elain rendahnya kecukupan gizi, masih merebaknya penyakit infeksi menjadi salah satu pemicu anak-anak Indonesia bertubuh pendek.
No comments:
Post a Comment
Jangan Lupa Tinggalkan Komentar !!